Teknologi geospasial untuk manajemen sumber daya lahan

admin

Teknologi geospasial untuk manajemen sumber daya lahan

DKI Jakarta – Teknologi data besar, internet, lalu kecerdasan buatan telah terjadi mentransformasi teknologi geospasial bermetamorfosis menjadi tambahan simpel digunakan pada hidup sehari-hari.

Penerapan paling nyata pada hidup adalah penyelenggaraan google map yang berintegrasi dengan beragam perusahaan transportasi, logistik, perhotelan, hingga kuliner.

Prinsip teknologi geospasial adalah informasi tempat kejadian obyek seperti jarak lalu akses berubah menjadi basis pengambilan kebijakan pada sebuah layanan.

Di masa setelah itu informasi kedudukan sulit dikuantifikasi secara kongkrit oleh khalayak umum sehingga terkesan abstrak.

Padahal di era 70-an teknologi geospasial masih mengandalkan foto udara yang dimaksud harus dicetak tak lama kemudian ditafsirkan oleh ahli dalam sebuah laboratorium foto udara untuk memperoleh informasi.

Meja gambar yang digunakan besar dan juga stereoskop bermetamorfosis menjadi alat manual pribadi ahli yang digunakan mendominasi peralatan sebuah laboratorium.

Kini wajah laboratorium sudah pernah berubah bermetamorfosis menjadi semata-mata komputer meja, komputer jinjing, atau cuma telepon genggam.

Teknologi geospasial memang sebenarnya dapat dipandang sebagai leburan baru dari pengetahuan Sistem Data Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ), lalu global position system (GPS).

Pengetahuan SIG berperan pada analisis spasial, sementara PJ mencoba mengerti objek pada bumi dari jarak jarak jauh dengan bermacam wahana seperti satelit, pesawat, lalu terkini drone atau pesawat tanpa awak yang dimaksud dikendalikan remote control atau android.

Sedangkan GPS merekam tempat tempat kejadian secara akurat juga dinamis.

Baca Juga :  Kemarin, gas hemat hingga kemungkinan resesi Nusantara 1,5 persen

Peleburan tiga pengetahuan di dalam berhadapan dengan juga berdampak pada bidang pertanian. Teknologi geospasial sekarang digunakan untuk keperluan analisis sumberdaya lahan, penilaian kualitas lahan, hingga rekomendasi pemupukan.

Belakangan teknologi geospasial juga dipakai pada pertanian presisi seperti manajemen sumberdaya yang digunakan tambahan detil, deteksi dini ancaman serangan organisme pengganggu vegetasi (OPT), pemantauan kualitas lahan dan juga tanaman, estimasi produksi juga upaya meningkatkan produksi, hingga prediksi penilaian juga pengelolaan bahaya alami pada masa depan.

Pada level pemerintah, teknologi geospasial juga telah lama digunakan untuk inventarisasi lalu pemantauan lahan gambut di konsep kawasan hidrologis gambut (KHG).

Entitas ekosistem gambut relatif simpel dilihat dari citra satelit dengan bekal pengetahuan dasar serangkaian serta kemungkinan terbentuknya gambut yang dimaksud menjadi kunci penentuan lokasi KHG.

Secara alami tempat yang dimaksud membentuk gambut adalah tempat rawa dengan karakter cekungan yang dimaksud tenang. Lokasi yang terbentuk secara fisik adalah rawa belakang sungai atau variasi cekungan lain seperti swale, karts hole, juga bekas danau lainnya.

Metode penentuan batas KHG dengan teknologi geospasial dalam tahap awal sudah berubah menjadi gagasan penting yang mana dikuantifikasi juga berubah menjadi landasan kebijakan pemeliharaan ekosistem gambut.

Tentu berikutnya harus dipadukan dengan status kawasan hutan lalu rencana tata ruang.

Teknologi geospasial juga sudah digunakan pada penilaian peluang kecacatan lahan bekas tambang dan juga pertimbangan upaya pemulihannya agar tak muncul bencana hidrometereologis di lahan bekas tambang.

Baca Juga :  AirAsia Terbang Tinggi, Raup Miliaran di Tahun 2023

Kemungkinan kecacatan tinggi biasanya terlihat pada wilayah terbuka dengan lereng yang mana curam sehingga memiliki kemungkinan bahaya bagi lingkungan sekitar.

Bidang Pertanian

Pada bidang pertanian teknologi geospasial juga telah dilakukan membantu pemetaan digital sifat tanah dengan menggunakan data warisan terdiri dari titik observasi maupun peta tanah.

Angka sifat tanah yang tersebut selama ini ditampilkan pada bentuk tabular berubah jadi lebih besar bermakna bagi pengambil kebijakan lalu petani saat ditampilkan secara spasial.

Teknologi geospasial kemudian tumbuh membantu pemetaan tanah digital dengan prediksi batas peta tanah yang digunakan lebih lanjut baik dengan menambah parameter lain.

Parameter yang dimaksud antara lain peta geologi, peta unsur induk, serta peta topografi. Cara ini memang sebenarnya terbatas pada tempat yang tersebut spesifik dengan aturan-aturan spesifik, tetapi dapat dikembangkan pada area lain dengan menerapkan prinsip serupa.

Pada konteks ini ahli geospasial bukan dapat menghindar untuk melibatkan ahli ilmu tanah yang dimaksud lebih tinggi paham.

Berikutnya teknologi geospasial dapat membantu identifikasi juga pemantauan tumbuhan diantaranya padi yang dimaksud berubah jadi penopang pangan bangsa ini.

Kemajuan teknologi dapat memantau pertumbuhan padi hingga level petak sawah kemudian fase tumbuh.

Bila teknologi ini dikembangkan, maka pemantauan penambahan luas tanam padi, luas panen, lalu produksi padi dapat tambahan mudah-mudahan diprediksi.

Baca Juga :  eksekutif luncurkan buku saku pengawasan izin bisnis berbasis risiko

Tentu semata capaian penting pada teknologi geospasial harus disambut baik oleh semua pihak dan juga dapat berubah jadi basis kebijakan.

Sebut cuma pendetailan petak-petak sawah yang digunakan telah lama dihasilkan dapat berubah menjadi basis pemeliharaan lahan sawah dalam setiap kabupaten sehingga konversi lahan dapat dicegah.

Informasi geospasial dapat pula berubah jadi pertimbangan pelaku industri akibat pemantauan area tanam serta area panen sebuah komoditas dapat terlihat sehingga distribusi lebih tinggi baik.

Kontribusi ilmu geospasial sangat nyata memunculkan hasil layanan seperti program atau sistem informasi yang digunakan berbeda format dibandingkan cara sebelumnya.

Demikian juga layanan berbasis teknologi geospasial yang sudah dapat diakses rakyat hendaknya dapat berubah menjadi referensi baru bagi peneliti untuk menjawab tantangan pengembangan data dan juga pengelolaan sumber daya lahan.

Di sisi lain umum luas juga dapat memberi masukan sehingga perbaikan layanan dapat dikerjakan terus menerus.

Berbagai kekurangan maupun galat jangan dipandang sebagai hambatan untuk penerapan, tetapi dipandang sebagai tantangan serta kesempatan untuk perbaikan terus menerus.

Hanya dengan cara itu pembaharuan geospasial di bidang sumber daya lahan dapat terus mengalami perkembangan dinamis mengikuti perkembangan teknologi.

*) Penulis adalah Guru Besar di Departemen Keilmuan Tanah serta Sumberdaya Lahan, IPB University.

Artikel ini disadur dari Teknologi geospasial untuk manajemen sumber daya lahan

Baca Juga

Bagikan:

Tinggalkan komentar