Mengembalikan primadona Blok M

admin

Mengembalikan primadona Blok M

… mempertahankan bangunan tua berarti pula merawat ingatan perjalanan bangsa,

Jakarta – Bukan anak muda Ibukota namanya jikalau tak nongkrong ke Blok M, Ibukota Indonesia Selatan. Seolah kawasan itu yang dimaksud cepat terlintas untuk bermetamorfosis menjadi pilihan menghabiskan waktu kala hari libur.

Pada era 80-an, sejarawan Asep Kambali menceritakan, Perkotaan Jakarta, dulu, dibagi oleh Belanda menjadi beberapa blok. Blok M bermetamorfosis menjadi salah satunya yang populer lantaran ditujukan sebagai pusat usaha lalu perbelanjaan di kota.

Kepopuleran ini lantaran Blok M dulunya dibangun sebagai pusat perbelanjaan dengan dilalui jalan besar sehingga cocok menjadi tempat perjumpaan daripada kawasan lainnya. Sejumlah kawasan belaka difokuskan berubah menjadi pusat pemerintahan seperti di Ibukota Pusat.

“Zaman dulu, jalur Sudirman-Thamrin difokuskan untuk berubah menjadi pusat pemerintahan, kantor, hingga perhotelan, sedangkan Sarinah cenderung sebagai tempat perbelanjaan daripada tempat sekadar nongkrong,” kata Asep untuk ANTARA.

Selain itu, kawasan Blok M semakin populer dengan adanya “Little Tokyo” yang digunakan mengangkat daya tarik budaya Jepun sejak tahun 90-an.

Pengaruh adanya unsur Negeri Sakura ini lantaran adanya insiden Malapetaka Lima Belas Januari 1974 (Malari 1974). Saat itu muncul demonstrasi memprotes kekuatan Negeri Sakura yang tersebut masih mengontrol kegiatan ekonomi Nusantara yang digunakan sudah ada merdeka.

“Massa mendemo (menolak) semua komoditas Jepang, mereka menyerbu Pasar Senen lalu Blok M,” jelasnya.

Baca Juga :  DKP Kulon Progo Lakukan Pengendalian Mutu Perikanan di Dalam Pangsa Rakyat

Dari perkembangan itu meninggalkan aksen Jepun sehingga mengubah pemikiran rakyat mengenai budaya maupun kuliner dari Negeri Matahari Terbit, sampai sekarang.
 

Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, DKI Jakarta Selatan usai direvitalisasi, Jakarta, Awal Minggu (19/9/2022) ANTARA/Luthfia Miranda Putri

Revitalisasi Blok M

Blok M sekarang semakin beragam berubah menjadi kawasan terpadu, mulai dari adanya taman, kafe, pusat perbelanjaan, hingga adanya keterjangkauan transportasi.

Namun dalam sisi lain, berdasarkan pantauan di dalam lokasi, ditemukan banyak kios yang tutup di dalam bawah Terminal Blok M. Orang-orang hanya saja berlalu lalang menjadikannya jalan pintas menuju ke pusat perbelanjaan lainnya.

Tampak deretan pintu kios itu tertutup rapat kemudian bangunan tua itu terlihat kian tak terawat.

Bahkan, pada di malam hari hari tempat itu menjadi gelap. Terasa menegangkan ketika pemukim yang tersebut melintas menuju terminal dengan hanya sekali menggunakan penerangan minim agar bisa saja sampai tujuan.

Kawasan itu harus direvitalisasi dengan tujuan keadilan pembangunan. Asep mengaku setuju dengan rencana revitalisasi Blok M yang digunakan akan dijadikan kawasan berorientasi transit (transit oriented development/TOD).

“Ini mengatur persebaran penduduk, jadi itu bagus … dikarenakan konsentrasi khalayak ke beberapa tempat sudah ada terlalu penuh sehingga harus ada kesetaraan penduduk,” ujarnya.

Terlebih, ketika ini kawasan luar Ibukota Indonesia seperti Bekasi maupun Depok sudah ada memiliki pusat perbelanjaan sehingga pengembangan Blok M seharusnya memang sebenarnya tak cuma sebagai sarana tongkrongan.

Baca Juga :  Menparekraf tutup turnamen Solo Great Sale 2024

Namun, terlepas dari itu, pemerintahan Provinsi DKI Ibukota maupun pengelola diminta bisa jadi menciptakan memorabilia melalui foto, video, maupun benda yang mana mampu merepresentasikan Blok M dari zaman dulu hingga sekarang.

Nantinya dari kalangan tua maupun muda bisa saja sama-sama belajar sejarah lalu semakin mencintai sejarah negaranya dengan cara yang menyenangkan.

Dia berharap bentuk struktur lama Blok M kekal dipertahankan, bukan dihilangkan yang mana nantinya tidaklah memberikan nilai berkelanjutan. “Jadi ada harmonisasi antara masa lalu, masa kini, juga masa yang digunakan akan datang,” harapnya.

Karena, mempertahankan bangunan tua berarti pula merawat ingatan perjalanan bangsa.

Kawasan berorientasi transit

PT MRT Ibukota Indonesia (Perseroda) mengembangkan konsep multifungsi (mixed use) di dalam kawasan Blok M, Ibukota Selatan, yang mana berubah jadi bagian dari rencana pengembangan berorientasi transit (TOD) di tempat kejadian yang disebutkan pada 2024.

Bangunan multifungsi ini kelak dirancang terdiri melawan apartemen, retail (termasuk reklame), hotel, juga pusat administrasi ke berhadapan dengan lahan seluas sekitar 2,4 hektare milik otoritas Provinsi DKI Jakarta.

Rencananya dari Stasiun MRT Blok M, Taman Literasi Martha Christina Tiahahu, hingga ke Terminal Blok M akan terhubung sesuai konsep perencanaan induk tata ruang (masterplan).

Arsip foto – Foto udara jembatan layang (skybridge) penghubung Stasiun MRT Asean juga Halte Transjakarta CSW pada Jakarta, Rabu (11/8/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww/aa.

Bangunan di kawasan Terminal Blok M akan dipersempit, namun bentuknya permanen dipertahankan untuk menyambung simpul transportasi terintegrasi.

Baca Juga :  Menparekraf upayakan penerbangan segera tiga negara ke Labuan Bajo

Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Terminal Bus Blok M, Joni Budhi, mengemukakan pihaknya akan memproduksi halte sementara sebagai pemberhentian armada yang nantinya berada ke kawasan lingkar luar Blok M, mulai dari Jalan Panglima Polim hingga Mabes Polri.

"Nanti rute Terminal Blok M masih dapat dilewati walaupun sekarang bukanlah tujuan akhir, lantaran semua transportasi telah terintegrasi lalu kebanyakan berakhir di dalam Bundaran Senayan," katanya.

Rencana yang dimaksud telah tertuang di Peraturan Pengelola Provinsi DKI Ibukota Indonesia Nomor 55 Tahun 2020 mengenai Panduan Rancang Perkotaan (PRK) Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Blok M lalu Sisingamangaraja yang dimaksud berlokasi ke Kecamatan Kebayoran Baru, Perkotaan Administrasi Ibukota Selatan.

Dalam revitalisasi tersebut, PT MRT Ibukota Indonesia menangani pembangunan, sedangkan pengelola Terminal Blok M sebagai pelaksana teknis lapangan.

PT MRT Ibukota (Perseroda) menyatakan tahap awal pengembangan lahan Terminal Blok M untuk tempat tinggal (residensial) dari seluruh pengembangan kawasan yang digunakan berkonsep multifungsi.

"Tahap awal ini menyasar residensial," kata Direktur Pembangunan Bisnis PT MRT DKI Jakarta (Perseroda) Farchad Mahfud pada Pertemuan Jurnalis MRT di Jakarta.

Pada 2024, PT MRT Ibukota menyebutkan Terminal Blok M mencapai tahap perizinan aset di antaranya mengkaji aspek pemanfaatan lahan.

Editor: Achmad Zaenal M

 

Artikel ini disadur dari Mengembalikan primadona Blok M

Baca Juga

Bagikan:

Tinggalkan komentar